Table of Content

Arsitektur Tropis: Pengertian, Sejarah dan Contoh Bangunan

Arsitektur tropis adalah sebuah gaya desain arsitektur yang berkembang di wilayah tropis, termasuk di Indonesia.

Arsitektur tropis menjadi salah satu topik hangat dalam dunia arsitektur saat ini. Arsitektur tropis menawarkan solusi kreatif untuk menyesuaikan bangunan dengan lingkungannya, menciptakan ruang yang nyaman, dan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, seperti iklim dan cuaca yang berbeda di berbagai wilayah tropis.

Dalam artikel ini, kami akan membahas arsitektur tropis secara komprehensif, mencakup kebijakan dan inovasi dalam arsitektur tropis yang berkelanjutan. Mari kita mulai dengan memahami apa itu arsitektur tropis.

Apa Itu Arsitektur Tropis?

Arsitektur Tropis

Arsitektur tropis adalah sebuah konsep arsitektur yang memanfaatkan faktor-faktor alamiah dan keunikan lingkungan tropis untuk menciptakan bangunan yang optimal. Hal ini termasuk memanfaatkan cahaya matahari, angin, vegetasi, dan air hujan sebagai sumber energi dan sumber daya bagi bangunan.

Bangunan tropis dirancang untuk menyesuaikan diri dengan iklim dan cuaca yang panas, lembab, dan berubah-ubah, sehingga menciptakan lingkungan yang sejuk dan nyaman bagi penghuninya. Arsitektur tropis menawarkan solusi arsitektur yang ramah lingkungan dan ekonomis, serta memberikan kenyamanan yang lebih baik bagi penghuninya.

Sejarah Arsitektur Tropis

Sejarah arsitektur tropis dapat ditelusuri kembali ke zaman kolonial di Asia Tenggara, ketika bangunan-bangunan kolonial Eropa diadaptasi dan disesuaikan dengan lingkungan tropis. Pada masa ini, arsitek terpaksa harus mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam lingkungan tropis, seperti kelembaban, suhu yang tinggi, serta hujan dan angin yang lebat.

Arsitek kolonial ini memanfaatkan bahan-bahan setempat, seperti kayu, bambu, dan batu, serta teknologi konstruksi tradisional, seperti atap rumbia atau jerami, untuk menciptakan bangunan yang menyesuaikan dengan iklim tropis. Sejak saat itu, arsitektur tropis telah berkembang dan meluas ke seluruh dunia.

Kebijakan dan Inovasi dalam Arsitektur Tropis yang Berkelanjutan

Inovasi dalam Arsitektur Tropis

Arsitektur tropis saat ini telah berkembang menjadi sebuah tren arsitektur yang sangat populer, terutama di negara-negara tropis, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. 

Beberapa kebijakan dan inovasi telah diterapkan dalam arsitektur tropis yang berkelanjutan, dengan tujuan menciptakan bangunan yang ramah lingkungan dan sehat bagi penghuninya. Berikut ini adalah beberapa kebijakan dan inovasi dalam arsitektur tropis yang berkelanjutan.

1. Penggunaan Bahan-bahan Lokal

Penggunaan bahan-bahan lokal dalam arsitektur tropis merupakan salah satu kebijakan penting dalam arsitektur tropis yang berkelanjutan. Bahan-bahan lokal biasanya lebih mudah didapat dan lebih murah daripada bahan impor. Selain itu, bahan lokal juga lebih ramah lingkungan karena tidak perlu mengeluarkan emisi gas rumah kaca yang tinggi saat diimpor.

Bahan-bahan lokal seperti kayu, bambu, dan batu dapat memberikan nilai tambah pada desain bangunan tropis. Selain itu, bahan-bahan ini juga memiliki keunggulan dalam mengatur suhu dan kelembaban di dalam bangunan. Kayu, misalnya, dapat memberikan kenyamanan pada penghuni bangunan dengan memberikan sirkulasi udara yang baik, sementara bambu dapat menyerap panas dan suara.

2. Penggunaan Teknologi Hijau

Teknologi hijau atau green technology menjadi salah satu inovasi penting dalam arsitektur tropis yang berkelanjutan. Teknologi arsitektur hijau dapat membantu meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Beberapa teknologi hijau yang dapat diterapkan dalam arsitektur tropis meliputi penggunaan panel surya, sistem penangkap air hujan, dan pengolahan limbah organik.

Penggunaan panel surya, misalnya, dapat mengurangi ketergantungan pada listrik dari PLN dan mengurangi emisi karbon. Sistem penangkap air hujan juga dapat membantu mengurangi penggunaan air bersih dan menjaga ketersediaan air di lingkungan. Pengolahan limbah organik dengan sistem komposting dapat membantu mengurangi sampah organik dan menghasilkan pupuk organik yang berguna untuk pertanian.

3. Desain Bangunan yang Adaptif

Desain bangunan yang adaptif menjadi salah satu inovasi penting dalam arsitektur tropis yang berkelanjutan. Desain adaptif merupakan suatu konsep yang memungkinkan bangunan dapat beradaptasi dengan perubahan iklim dan cuaca yang sering terjadi di wilayah tropis.

Desain adaptif dapat dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti orientasi bangunan, penempatan jendela, penggunaan atap, serta penggunaan material yang tepat. Misalnya, dengan mempertimbangkan orientasi bangunan, arsitek dapat merancang bangunan yang meminimalkan paparan sinar matahari langsung dan meningkatkan sirkulasi udara.

4. Integrasi dengan Alam

Integrasi dengan alam menjadi salah satu prinsip penting dalam arsitektur tropis yang berkelanjutan. Prinsip ini menekankan pentingnya mempertimbangkan lingkungan sekitar dalam merancang bangunan. Integrasi dengan alam juga dapat membantu menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman bagi penghuni bangunan.

Integrasi dengan alam dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, seperti topografi, vegetasi, dan iklim. Arsitek dapat mempertimbangkan faktor ini dalam menentukan lokasi bangunan, orientasi bangunan, serta pemilihan material yang tepat.

Contoh Bangunan Arsitektur Tropis

Contoh Bangunan Arsitektur Tropis

Beberapa contoh bangunan tradisional di nusantara dengan arsitektur tropis yang populer di Indonesia adalah:

1. Rumah Joglo

Rumah Joglo adalah jenis rumah tradisional Jawa yang terbuat dari kayu dengan atap jerami. Bangunan ini memiliki ciri khas atap yang berbentuk pelana dan tiang-tiang yang besar dan kuat. Rumah Joglo sering ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

2. Rumah Lamin

Rumah Lamin adalah rumah tradisional Minangkabau yang terbuat dari kayu dan atap jerami. Rumah Lamin memiliki bentuk atap yang khas yaitu limas gantung atau juga disebut gonjong. Bangunan ini sering ditemukan di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan.

3. Rumah Panggung

Rumah Panggung adalah jenis rumah tradisional Indonesia yang memiliki struktur bangunan yang diangkat di atas tanah dengan menggunakan tiang-tiang kayu. Atap rumah Panggung terbuat dari bahan alami seperti alang-alang atau ijuk. Bangunan ini banyak ditemukan di daerah pedalaman di Indonesia, seperti di Kalimantan, Papua, dan Sulawesi.

4. Bale Bengong

Bale Bengong adalah rumah tradisional Bali yang berfungsi sebagai tempat istirahat atau bersantai. Bangunan ini terdiri dari balok-balok kayu yang dihiasi dengan ukiran-ukiran dan dilengkapi dengan atap jerami. Bale Bengong sering ditemukan di Bali sebagai bagian dari kebun atau taman yang indah.

5. Honai

Honai adalah rumah tradisional Papua yang terbuat dari ilalang dan daun sagu. Bangunan ini memiliki bentuk seperti kubah dengan atap yang menggantung di bagian tengah. Honai sering digunakan sebagai tempat tinggal suku Dani di Papua.

Posting Komentar